Jumat, 29 Januari 2010

Mencari Pemimpin Bangsa


MENCARI NABI UNTUK NEGERI

Dari kampus ke kampus aku mencari…
Dari pabrik ke pabrik aku mengamati…
Dari dusun ke dusun aku memperhatikan…
Dari kota ke kota aku menanyakan…
Dari barat ke timur aku mengawali…
Dari utara ke selatan aku memulai…

Mendapat wahyu dari ilahi…
Mendapat ilham dari alam…
Mendapat wangsit dari langit…
Mendapat petunjuk dari mimpi…
Mendapat nasihat dari bumi…
Menapat titah dari dewa…

Mungkinkah dia anak petani miskin ???
Mungkinkah dia anak buruh pabrik ???
Mungkinkah dia anak seorang rentenir ???
Mungkinkah dia anak konlomerat ???
Mungkinkah dia anak penghasut ???
Mungkinkah dia ank pemberontgak ???

Kembali aku berjalan dengan angan-angan…
Kembali aku melangkah dengan harapan…
Kembali aku berlari menggapai cita-cita…
Kembali aku melompat pada keraguan…

Dimanakah si gagah perkasa itu ???
Dimanakah si lembut hati itu ???
Dimanakah si penasihat negeri itu ???
Dimanakah si pencinta manusia itu ???
Dimanakah si besi berani itu ???
Dimanakah si pemegang timbangan itu ???
Dimanakah nabi kami itu ???

Kamis, 28 Januari 2010

Pengumuman Titel Baru

Dear All,

Dengan ini saya umumkan perubahan nama titel untuk TAring PAdi menjadi Taring Cinta. Hal ini dikarenakan sudah ada komunitas yang menggunakan nama titel tersebut dan isi dari blog ini akan lebih fokus kepada hal hal cinta. Baik cinta terhadap sesama, cinta kepada bangsa, cinta kepada revolusi, cinta pada proletar, cinta pada keluarga dan jenis cinta lainnya. Namun alamat blog untuk sementara masih sama yaitu http://taring-padi.blogspot.com

Demikian pengumuman ini dibuat.

Love is fighting for future....
Thanks Love....

Rabu, 27 Januari 2010

BERAKHIRNYA CINTA PETUALANG



Ada tatapan tajam dari sang elang
Seolah menusuk jantung pengelana
mencabik paru-paru dengan cakar tajam
menutup mata dengan kuku-kuku panjang

Aku terdiam berpikir untuk mengalah
Aku tertunduk mengendurkan urat syaraf
Menghela nafas meredakan amarah
Menutup mata menghindar sayatan kata

Ucapan mantra keluar dari mulut petenung
Bibir tipis berkomat-kamit dari sang peramal
Lidah terjulur panjang dari pemangsa darah
Jarum suntik menghisap lendir-lendir nyawa

Dia sangat mengejutkan hayalan indahku
Mengagetkan segala isi lamunan nadiku
Memecahkan butiran keringat lelahku
Dan menggetarkan kakunya jemariku

Sepertinya sudah habis harapan tawa untuknya
Semua kegembiraan dahulu seolah melayang perlahan
Kecantikan belibis seakan melenyap tak terkirakan
Kelestarian bougenvile layu tak tertahankan lagi

Hatiku berteriak untuk menjauh dari auman singa betina
Dan menunggu ucapan terakhirnya untuk kutinggalkan
Aku sedih namun sangat bergembira bercampur kenangan
Karena akhirnya dia memilih untuk melepas sang petualang
(20 Januari 2007)

Senin, 25 Januari 2010

Rahasia Diri

Perkataan Kartini kepada sahabat pena-nya ,Estelle Zeehandelaar : 

Baru-baru ini aku menerima sepucuk surat dari seorang tuan tua yang mengatakan pendapatnya tentang "kalbuku yang lembut" dan "sifatku yang manis" dan 'kecakapanku menggunakan bahasa Belanda'. Aku tersenyum sayu waktu membacanya dan berpikir. "Kalau saja kau tahu siapa aku sebenarnya!".

Buku 'Panggil Aku Kartini Saja' karangan Pramoedya Ananta Toer. Halaman 207 baris 8 sampai 12.

Minggu, 24 Januari 2010

Puisi untuk Negeri

NEGERIKU AKAN TERSESAT

Seperti buruh pabrik bergaul dengan kemiskinan,
Seperti pekerja rumah tangga dekat dengan penghinaan.
Seperti pelayan toko bersandar pada kebosanan,
Seperti pegawai negeri lekat dengan kesibukan

Bagai petani terbelit hutang gadaikan harga diri dan tanah,
Bagai nelayan tercekik rentenir pertaruhkan jiwa dan raga.
Bagai guru dipedalaman berjudi dengan masa depan,
Bagai pedagang kaki lima bermain dengan kucing penghisap darah.

Para begundal sedang berpesta pora menghabiskan kekayaan negeri ini,
Pencuri dan perampok tetawa riang mengambil hutan tak berpenjaga.
Para pendakwah palsu tersenyum puas memutar balikan iman dan moral.
Budayawan dan sastrawan gila melirik licik mendukung hempasan angin barat

Pendoa hanya bisa berdoa, pengkotbah hanya berkotbah.
Pemikir hanya bisa berpikir, pengamat hanya mengamati.
Peneliti hanya bisa meneliti, pengkritik hanya mengkritik.
Pemerhati hanya bisa memperhatikan, penulis hanya menulis.
Pengontrol hanya bisa mengontrol, pemerintah hanya bisa memerintah.

Tidak adakah yang bekerja dengan tangan???
Tidak adakah yang berjalan dengan kaki???
Tidak adakah yang membela dengan nurani???
Tidak adakah yang memulai dari diri???

Bangsaku akan tersesat dan berkembang sangat lambat,
Negeriku sedang sekarat dan sangat mengharap obat. 

(25 maret 2005)

Sabtu, 23 Januari 2010

My X

AKU DAN DIA

Dia kadang membentak keras namun menangis dibahuku
Dia suka mengusir kasar namun memegang lembut jemariku
Dia sering cemburu pada awan namun masih mengecup pundakku
Dia selalu berteriak amarah namun masih bersandar didadaku

Ketika merah padam wajahku dia memeluk pinggangku lembut
Ketika hatiku panas membara dia mengelus punggungku manja
Ketika cemburu buta melandaku dia mencium hangat bibirku mesra
Ketika darahku naik sampai ubun-ubun dia berpuisi merayuku

Ragu aku tuk meninggalkan si bunga peri cantik ini
Bimbang aku tuk melepas indahnya kelopak mawar ini
Bingung jiwaku tatkala jemarinya menyentuh leherku
Abu-abu sudah batinku ketika dia mengedipkan mata

Padahal aku akan melemparnya bersama ego-nya
Sebenarnya aku akan berlari menghidar amarahnya
Sesungguhnya aku sudah bersiap jika ditinggalkannya
Rencananya aku sudah bersiap jika dia menduakan cinta

Memang aku benci setiap kata-kata kasar tak mendidik
Akupun tak suka pada sikap ledakan amarah kosong
Aku tak suka saat kesombongan dipamer-pamerkan
Aku tak menghargainya saat mengecilkan arti kasih

Apakah yang harus ku lakukan.....?????
Biar waktu menjawab dengan berwibawa
Apakah yang akan ku kerjakan.....?????
Hanya sejarah yang dapat membukakan misteri cintaku
(25 Januari 2007)

Jumat, 22 Januari 2010

Mati untuk Revolusi

MATI UNTUK REVOLUSI

Aku adalah anak bangsa yang dibesarkan penguasa,
Aku juga anak tirani yang ditumbuhkan pak tani,
Tapi…. Dimanakah kini ku berada ???
Penguasa… atau … pak tani ??

Engkau adalah anak kapitalis yang dimodalkan dengan sinis,
Kau juga anak buruh yang disusui dengan peluh,
Tapi…. Dimanakah kini kau berpihak ???
Kapitalis… atau… buruh ??

Dan….
Dia adalah pemberontak  yang dibesarkan tanpa otak,
Dia juga anak penghasut yang berjalan tanpa kasut,
Tapi….
Kini dia telah menjadi raja, pahlawan rakyat miskin,
Dan dia akan mati untuk kemenangan…
REVOLUSI….
(November 2003)

Launching Blog "taring-padi"

Salam Cinta,

Blog ini dibuat untuk dapat mendorong, menolong, memotivasi dan memberikan semangat untuk orang-orang yang ingin maju, berkembang, sukses dan berhasil terutama mental dan spiritual.

Berikan apa saja yang ada dibenak anda baik cerita, puisi, prosa, pengalaman pribadi, kata2 motivasi, foto2 dan lain sebagainya. Usahakan tidak ada ketersinggungan SARA dan vulgaritas yg berlebihan, kalau pun akhirnya ada agar saling mengkoreksi saja.

Motto: Love is fighting for future

Slogan: Thanks love..!! 

Selamat bergabung...!!!


GBU All

Erwin Matindas, S.Sos., M.M.




Kamis, 21 Januari 2010

Puisi Negeri Bencana

WAHAI PENGUASA ALAM

Terhentak jiwaku dalam lamunan…
Terkejut rohku dalam pandangan…
Termenung aku sesaat…
Hancur hatiku seketika…

Nyawaku melayang-layang rasanya
Pikiranku menerawang di langit
Tubuhku serasa lumpuh
Dan dadaku begitu sesak

Kemarau dan hujan merupakan anugerah
Tapi… akhirnya membuat bencana
Angin dan ombak adalah pemberian
Tapi… akhirnya menjadi tragedi

Ada banjir dan erosi di gunung lembah
Kekeringan dan kelaparan di padang belantara
Ada gempa di sudut-sudut desa kota
Tsunami di setiap bibir-bibir pantai

Tragedi terjadi kawan….
Bencana meluas sobat….
Berduka dan menangislah wahai negeriku
Bersedih memang sudah waktunya

Banyak nyawa berteriak dengan lantang
Dan jasad-jasad membusuk tak terurus
Setiap jiwa meregang dengan pasrah
Dan sorga-neraka membukakan pintu

Wahai malaikat pencabut nyawa…
Wahai setan-setan penggoda…
Wahai dewa-dewiku pengasih…
Wahai penguasa alam semesta…

Wahai Tuhan yang perkasa…
Engkau memberikan pengajaran yang berat
Engkau memberikan peringatan yang keras
Engkau memberikan nasihat yang sukar dimengerti

Kami tahu ini belum berakhir
Kami tahu ini manjadi awal kembali
Kami tahu ada yang tersembunyi
Kami tahu ada yang indah dibalik semua

Memang….
Harapan dan cita-cita akan kami dapatkan
Masa depan akan kami raih
Harta benda pasti kembali
Saudara-saudara baru akan berdatangan

Tapi…
Inilah permintaan kami
Inilah kemauan kami
Inilah keinginan kami

Biarlah tinju-Mu mendidik kami
Biarlah tangan-Mu membelai kami
Biarlah kasih-Mu menghajar dan memeluk kami.  

(Bekasi, 09 January 2005)